Minggu, 02 Oktober 2011

3salamArigatou Chapter 2 "first day;Awards Kecil - kecilan

Setahun yang lalu…

  Pagi ini cerah . Dari ufuk timur, matahari mulai menampakan sinar nya mengusir kedinginan yang masih berkelabut. Seperti biasa sudah banyak angkutan umum memenuhi pasar Citeureup, Bogor. Rutinitas hari senin pun dimulai. Tak sedikit juga bus – bus antar kota yang ngetem sembarang tempat menambah rumitnya suasana pertigaan pasar ini. Para pejalan kaki dari berbagai kalangan mulai anak sekolah sampai para karyawan pun ikut meramaikannya. Ini merupakan rejeki pagi bagi angkutan umum bak yang belum disambar ayam Berbagai trayek atau tujuan tersedia. Ada 08,38 dan lainnya. Dan juga terdiri dari dua warna ,hijau dan biru. Serta nama nama yang unik yang terlihat di atas kaca depan mobil. Ada Extreme, monster ,sexy dll.



  Aku dan Zahra adikku kali ini lagi lagi mendapati “angkot” yang hampir penuh.

  Sulit sekali untuk mendapati “angkot” yang sepi kadang kali supir angkot menolak . Berbagai macam alasan dikeluarkannya. “ oh, tidak sampai SMP dek !” hal itu dikarenakan SMP ku yang jaraknya cukup jauh atau “ Nanti saya mau putar balik!” ada juga yang diam sambil pura pura tidak mendengar dan berlalu saja. Kadang Aku merasa jengkel karenanya. Salah satu solusinya yang banyak dipakai siswa siswa lain yaitu membentuk kelompok dan pergi bebarengan sampai kapasitas “angkot” penuh semaksimal daya tampungnya. Itulah, mungkin karena tarif bagi para pelajar hanya berkisar antara Rp. 1000 - Rp. 2000 saja. Yang 50 % lebih murah dibanding orang dewasa yang jika jarak dekat pun sebesar Rp. 2000. Kadang kala dalam perjalanan kami diturunkan untuk pindah meneruskan tujuan pada angkot lain yang sama trayeknya ketika penumpang dalam “angkot” yang kami naiki hanya tinggal kami berdua. “So, We got the luck” Kami pun beruntung karena diperbolehkan tidak membayar.

  Sudah setengah perjalanan berlalu. “Angkot” yang berdua kami naiki masih penuh. Baru sedikit yang turun, Itu pun tergantikan oleh anak anak sekolah yang naik di tengah perjalanan. Tiba – tiba “angkot” yang kami naiki mogok di tengah jalan. Sang Supir dan kenek nya pun segera turun memeriksa apa yang sebenarnya terjadi. Di dalam kesesakan ini, para penumpang pun terdiam dan merasa kebingungan.,terlebih ada yang sambil membuka jendela mobil lebar lebar sambil mendekatkan mukanya untuk mendapati udara yang segar. Bagi yang tidak kebagian pun tak kalah panasnya sambil mengipas ngipaskan tangan mereka.

  Beruntungnya, SD-nya Zahra terlanjur sudah dekat dari “angkot” yang mogok ini. Zahra pun segera turun. “Aa, Zahra duluan ya !” sapa Zahra yang duduk di depan samping Supir sambil agak berbisik kepadaku. “oh, ya sudah hati – hati !” jawabku.
  “Assalamualaikum ~!”
 “Wa’alaikumsalam”
Terlihat Zahra keluar terburu buru ke sekolahnya yang ada di pinggir jalan.Sampai sampai tas nya mengembul- ngembul di bokong nya ketika ia berlari sebab tali tasnya yang kepanjangan. Badannya yang kurus dan perawakannya yang kecil serta mempunyai rambut yang pendek seleher yang kadang kali di kuncir ini sekarang telah duduk di kelas 6 SD. Karena hari ini merupakan tahun ajaran baru, Aku juga sekarang akan duduk di kelas 9 SMP. Hatiku bergembira karena hari ini akan mendapat suasana baru menjadi kakak kelas bagi para adik adik kelas bagaikan menjadi elang yang menduduki rantai makanan tertinggi. Tak terasa sekali dua tahun telah berlalu duduk di kelas 7 dan 8. Dan tahun ajaran sekarang aku harus belajar lebih giat lagi untuk UN nanti yang masih menjadi momok menakutkan.

  Sudah beberapa menit berlalu, terlihat Sang Supir dan keneknya masih sibuk memperbaiki mesin mobil. Tak lama kemudian Sang Supir masuk dan menyalakan mobil. “Brem..brem..brem” bunyi mesin yang masih agak tersendat. Mungkin perlu sedikit dorongan . Aku dan yang lainnya pun membantu Sang Kenek yang masih berumur 20 tahunan mendorong mobil dari belakang bersama sama. Syukur, Alhamdulillah mobil pun menyala kembali.
Kulihat jam tanganku yang akan menunjukkan pukul 07.00, kuhela nafas panjang merasa pasrah untuk hukuman yang menanti di depan gerbang.

Kami pun akhirnya sampai, terlihat gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat. Yang tidak diharap harapkan akhirnya muncul juga. Sesosok pria bertubuh besar bak Sheriff yang akan menyergap para bandit. Ia kemudian perlahan menghampiri kami diiringi suara hentakan sepatu fantaufel-nya. Postur tubuh yang besar serta kumis yang tebal yang akrab dipanggil Pak Dadang. Beliau merupakan sosok yang disegani dan ditakuti apalagi bagi siswa siswa yang bermasalah.


Thanks for read this. Please Comment.
Kalo punya e-mail. Kasih tau ya, biar nanti dikirim lewat e-mail aja.
Tunggu minggu depan ,Chapter 2 “ First Day; Awards Kecil – kecilan” (Bag. Kedua)
             

                                                                 " jangan tunda sampai besok jika kau bisa hari ini.... " say Buku Sidu

1 komentar:

berkomentarlah sebelum dilarang