Senin, 26 September 2011

3 SALAM ARIGATOU Chapter 1 '' Saudara Eiffel "

Tokyo, 05 maret 2011

Suasana bandara ini terasa nyaman. Aku dan Pak Widodo duduk di ruang tunggu. Di sebelahku terlihat seorang pria muda. Ke sepuluh jarinya mengetik cepat di atas laptop. Telapak tangan kiri dan kanan berganti dengan sempurna. Seperti orang mau dikejar kejar saja. Membuatku merasa iri karenanya.Barisan bangku ini terasa senggang. Bangku bewarna biru dari plastik ini sering dijumpai di ruang tunggu rumah sakit dan tempat umum lainnya. Yang satu baris memanjang ke kanan terdiri dari lima buah bangku yang kaki kakinya saling berhubungan dan begitu sama seterusnya ke belakang sehingga dengan barisan yang kududuki ada enam deret bangku berjajar satu area
.
Aku berada di area ke enam dari sini hanya bisa melihat sampai area tiga di sebelah timur  hingga area dua belas di sebelah barat.Ada banyak sekali pendatang yang hendak berpergian dengan membawa kerabat maupun keluarganya.Alas lantai dari ubin yang lebar nan putih disertai rasa dingin pendingin ruangan dan malam yang baru saja datang membuat ku bersidekap dengan sweater yang ku pakai.Pak Widodo pun melepas rasa kantuknya sambil menguap dan mengangkat kedua tangannya tinggi tinggi.Beliau berumur sekitar 30 tahunan dengan wajah berkumis tipis tipis berkacamata serta berambut pirang.Terdengar panggilan dari sumber informasi bahwa salah satu pesawat akan diberangkatkan. Pria yang sedari tadi memainkan laptop itu pun beranjak pergi setelah mendengarkannya. Tak lama kemudian terlihat pesawat lepas landas dari balik kaca besar yang ada di depanku. Suaranya sampai menggema ke seluruh koridor.
            Dari kejauhan terlihat Khoir dan Pak Herman yang baru saja dari toilet membuat kami menunggu disini. “Tak pernah aku lihat toilet umum sebagus dan sebersih itu, mana ada di Jakarta ?” pamer Khoir kepadaku yang begitu takjub hanya karena semacam itu. Dengan kemampuan mengingat yang baik. Khoir dan aku terpilih mewakili Indonesia dalam ajang matematika dunia di Jepang. Perawakan tinggi kurus asal Bandung ini bertemu denganku pertama kali saat Olimpiade Matematika tingkat nasional. Semua siswa yang terpilih dari daerahnya berjuang disana bak merebut piala emas peninggalan sejarah.Kami berdua bersyukur bisa menang.
            Pak Herman mengajak agar naik taksi saja karena tempat yang dituju tidak terlalu jauh dari bandara.Muncul bintang2 yang mulai menerangi malam di langit. Disana sini banyak gedung kokoh. Kami pun melewati kota Tokyo. Tampak orang2 tumpah ruah di jalanan pusat kota. Aku dan Khoir  tak tahan dalam kekaguman melihat sekeliling kami. Hampir2 wajah kami menempel di kaca mobil. “Subhanallah, sebagus inikah kota Tokyo itu?!” decak kagum dari Khoir kembali terucap.Pak Widodo pun senyum melihatnya. Setelah melewati pusat kota , mata kami langsung tertuju pada sebuah menara besar bercahaya lampu2 berwarna. Menara itu menjulang tinggi. Aku hampir menyangka  kalau kota Paris ada disini sebab bentuknya hampir mirip sekali dengan menara Eiffel hanya saja lebih ramping. “That’s a Tokyo tower,In the up there you can look around the city. I will invite you to stairs that tower after the competition”Ajak Pak Herman. Beliau ikut menanggapi gelagat kami walaupun ia duduk di depan samping supir. Kami berdua pun langsung tersenyum sumringah tak percaya. “Really, sir?” . Pak Herman adalah guru di sekolahnya Khoir.Beliau mempunyai rambut yang sedikit tebal dan mempunyai tubuh yang ideal,tegap dan masih muda. Ia sering melatih kami bahasa inggris lewat percakapan sehari hari. Akhirnya kami pun sampai tujuan tepatnya di pinggiran kota Tokyo. Terlihat banyak  rumah2 yang masih tradisional. “ Arigatou gozaimasu” salam supir taksi meninggalkan kami berempat.Tepat di depan kami rumah  kenalan Pak Herman saat kuliah dulu di Jepang. Setelah di rumahnya kami disambut dan dijamu dengan berbagai makanan khas jepang spesial buatan istri Pak Andra ,Yumeno Hatagaki. Mereka juga memiliki seorang putra.Sebelum tidur, Aku menyempatkan diri membuka laptop.Khoir yang satu kamar denganku sudah tertidur pulas .Ketika membuka e-mail timbul New messages di pojok kiri bawah. Aku tak menyangka dia adalah Mardhi temanku semasa SMP dulu. Kami saling bertukar sapa dan menanyakan kabar saat ini. Dia bercerita bahwa dia terpilih dalam program dua tahun belajar di SMA-nya. Aku kagum ia akan lulus lebih dulu dari ku ,lebih dapat menggapai sukses lebih cepat dari ku. Aku pun teringat kenangan indah bersama sahabat sahabat ku dulu semasa SMP.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah sebelum dilarang